Minggu, 29 Juni 2014

MANDIKAN AKU BUNDA….



( SEBUAH KISAH INSPIRATIF )

Rani, sebut saja begitu namanya. Kawan kuliah ini berotak cemerlang dan memiliki idealisme tinggi. Sejak masuk kampus, sikap dan konsep dirinya sudah jelas: meraih yang terbaik, di bidang akademis maupun profesi yang akan digelutinya. ''Why not the best,'' katanya selalu, mengutip seorang mantan presiden Amerika.

Ketika Universitas mengirim mahasiswa untuk studi Hukum Internasional di Universiteit Utrecht , Belanda, Rani termasuk salah satunya. Saya lebih memilih menuntaskan pendidikan kedokteran. Berikutnya, Rani mendapat pendamping yang ''selevel''; sama-sama berprestasi, meski berbeda profesi.

Alifya, buah cinta mereka, lahir ketika Rani diangkat sebagai staf diplomat, bertepatan dengan tuntasnya suami dia meraih PhD. Lengkaplah kebahagiaan mereka. Konon, nama putera mereka itu diambil dari huruf pertama hijaiyah ''alif'' dan huruf terakhir ''ya'', jadilah nama yang enak didengar: Alifya. Saya tak sempat mengira, apa mereka bermaksud menjadikannya sebagai anak yang pertama dan terakhir.

Ketika Alif, panggilan puteranya itu, berusia 6 bulan, kesibukan Rani semakin menggila.      Bak garuda, nyaris tiap hari ia terbang dari satu kota ke kota lain, dan dari satu negara ke negara lain. Setulusnya saya pernah bertanya, ''Tidakkah si Alif terlalu kecil untuk ditinggal-tinggal? '' Dengan sigap Rani menjawab, ''Oh, saya sudah mengantisipasi segala sesuatunya. Everything is OK!'' Ucapannya itu betul-betul ia buktikan. Perawatan dan perhatian anaknya, ditangani secara profesional oleh baby sitter mahal. Rani tinggal mengontrol jadual Alif lewat telepon. Alif tumbuh menjadi anak yang tampak lincah, cerdas dan gampang mengerti.
Kakek-neneknya selalu memompakan kebanggaan kepada cucu semata wayang itu, tentang kehebatan ibu-bapaknya. Tentang gelar dan nama besar, tentang naik pesawat terbang, dan uang yang banyak. ''Contohlah ayah-bunda Alif, kalau Alif besar nanti.'' Begitu selalu nenek Alif, ibunya Rani, berpesan di akhir dongeng menjelang tidurnya.

Ketika Alif berusia 3 tahun, Rani bercerita kalau dia minta adik. Terkejut dengan permintaan tak terduga itu, Rani dan suaminya kembali menagih pengertian anaknya. Kesibukan mereka belum memungkinkan untuk menghadirkan seorang adik buat Alif. Lagi-lagi bocah kecil ini ''memahami'' orang tuanya. Buktinya, kata Rani, ia tak lagi merengek minta adik. Alif, tampaknya mewarisi karakter ibunya yang bukan perengek. Meski kedua orangtuanya kerap pulang larut, ia jarang sekali ngambek. Bahkan, tutur Rani, Alif selalu menyambut kedatangannya dengan penuh ceria. Maka, Rani menyapanya ''malaikat kecilku''. Sungguh keluarga yang bahagia, pikir saya. Meski kedua orangtuanya super sibuk, Alif tetap tumbuh penuh cinta. Diam-diam, saya iri pada keluarga ini.

Suatu hari, menjelang Rani berangkat ke kantor, entah mengapa Alif menolak dimandikan baby sitter. ''Alif ingin Bunda mandikan,'' ujarnya penuh harap. Karuan saja Rani, yang detik ke detik waktunya sangat diperhitungkan, gusar. Ia menampik permintaan Alif sambil tetap gesit berdandan dan mempersiapkan keperluan kantornya. Suaminya pun turut membujuk Alif agar mau mandi dengan Tante Mien, baby sitter-nya. Lagi-lagi, Alif dengan pengertian menurut, meski wajahnya cemberut.

Peristiwa ini berulang sampai hampir sepekan. ''Bunda, mandikan aku!'' kian lama suara Alif penuh tekanan. Toh, Rani dan suaminya berpikir, mungkin itu karena Alif sedang dalam masa pra-sekolah, jadinya agak lebih minta perhatian. Setelah dibujuk-bujuk, akhirnya Alif bisa ditinggal juga. Sampai suatu sore, saya dikejutkan telponnya Mien, sang baby sitter. ''Bu dokter, Alif demam dan kejang-kejang. Sekarang di Emergency.'' Setengah terbang, saya ngebut ke UGD. But it was too late. Allah SWT sudah punya rencana lain. Alif, si malaikat kecil, keburu dipanggil pulang oleh-Nya.

Rani, ketika diberi tahu soal Alif, sedang meresmikan kantor barunya. Ia shock berat. Setibanya di rumah, satu-satunya keinginan dia adalah memandikan putranya. Setelah pekan lalu Alif mulai menuntut, Rani memang menyimpan komitmen untuk suatu saat memandikan anaknya sendiri.

Dan siang itu, janji Rani terwujud, meski setelah tubuh si kecil terbaring kaku. ''Ini Bunda Lif, Bunda mandikan Alif,'' ucapnya lirih, di tengah jamaah yang sunyi. Satu persatu rekan Rani menyingkir dari sampingnya, berusaha menyembunyikan tangis.
Semoga yang membacanya bisa mengambil makna yang terkandung dalam kisah tsb
 

Sabtu, 28 Juni 2014

PINTU AL-RAYAN, “ KENIKMATAN DALAM KENIKMATAN “



PINTU AL-RAYAN BAGI ORANG-ORANG BERPUASA DI BULAN RAMADHAN
( Selamat Menunaikan Ibadah Puasa 1435 H/ 2014 M )


Dari Ali bin Abi Thalib ra bahwa dia berkata :  Nabi Muhammad SAW ditanya tentang keutamaan-keutamaan tarawih di bulan Ramadhan. Beliau SAW menyampaikan :
Seorang Muslim yang melaksanakan Sholat Tarawih dari Malam Pertama hingga Malam Terakhir (Ke-29 atau 30), maka Allah menyediakan Fadhilah (Kebaikan)  baginya pada tiap malam. Pada malam ketujuh, seolah-olah orang yang melaksanakan sholat taraweh telah mencapai derajat Nabi Musa AS dan kemenangan Beliau atas Fir’aun L.A.dan Haman.
Bulan Ramadhan adalah bulan bertuah, bulan ibadah, bulan mujahadah, bulan rohmah, bulan maghfiroh, bulan al-Qur’an dan bulan Lailatul Qodr. Maka menjadi kewajiban kita memanfaatkan bulan suci ini dengan banyak beribadah, bersedekah sesuai kemampuan, memberi nasehat dan saling mema’afkan.

Rasulullah Saw. bersabda:
“Sesungguhnya di dalam surga terdapat satu pintu yang dinamakan pintu ‘al-Rayan’ yang hanya dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa. Ditanyakan (oleh pintu tersebut): ‘Di manakah orang-orang yang berpuasa?’ Maka mereka pun masuk dari pintu tersebut. Setelah semua orang yang berpuasa memasukinya, pintu itu pun ditutup dan tak akan ada lagi yang masuk melaluinya.”
(HR. Muslim, dari Sahl Ibn Sa’d).
Jadi,  Nabi Saw menerangkan dgn jelas keutamaan puasa dan kedudukan orang-orang yang berpuasa di sisi Allah. Atas keikhlasan dan kesabaran mereka dalam menjalankan ibadah puasa-,  Allah mengistimewakan org2 yg ikhlas berpuasa dengan memasukkan mereka ke dalam surga melalui pintu khusus yang bernama “Al-Rayyan”. Kata ini berasal dari kata al-ray yang berarti pengairan, segar, dan juga pemandangan yang indah. Nama ini sesuai dengan keadaan orang-orang puasa yang menahan dirinya dari makan dan minum. Dan dahaga inilah yang lebih dominan dirasakan oleh orang yang sedang berpuasa dibanding rasa lapar.
Pintu Ar rayan ini terdapat di dalam surga, jadi bukan pintunya surga,  mengapa ada pintu dalam surge ? agar orang-orang merasa bahwa dalam pintu tersebut terdapat kenikmatan dan kenyamanan surgawi (kenikmatan di dalam kenikmatan). Maka hal ini akan menambah keinginan dan kerinduan setiap kita utk merasakan kenikmatan di balik pintu tersebut
Menurut Ibnu Khuzaimah, yg juga meriwayatkan hadist tentang pintu Ra’yaan ini, mengatakan: “Barangsiapa yang memasukinya (memasuki pintu al-Rayyan), maka akan meminum darinya. Dan barangsiapa meminum darinya, maka tak akan dahaga selamanya”.
Hal itu merupakan penghormatan dari Allah, Sang Pemelihara Alam kepada orang-orang yang berpuasa. Juga merupakan balasan bagi mereka atas keikhlasan menjalankan ibadah. Telah dimaklumi bahwa Allah akan menanggung pahala orang-orang yang berpuasa, sebagaimana dalam sebuah hadis: "Semua amal Bani Adam akan dilipat gandakan kebaikan sepuluh kali sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Azza Wa Jallah berfirman, “ Illashoum Fainnahu Lii Wa’anna Ajziibih”  ( Kecuali puasa, maka ia untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan pahalanya )

Pahala dan balasan Allah bagi orang-orang yang berpuasa adalah penuh, besar, dan tiada terhitung. Ada pun masuknya orang-orang yang berpuasa melalui pintu al-Rayyan ini merupakan tambahan pahala dan penghormatan semata.
Benar, surga mempunyai banyak pintu, di antaranya pintu bagi orang-orang yang taat menjalankan salat, pintu bagi orang-orang yang giat berjihad, pintu bagi orang-orang yang ikhlas berpuasa-yaitu al-Rayyan sebagaimana telah kita bicarakan, dan di antaranya ada pintu khusus bagi orang-orang yang suka bersedekah.
Marilah kita manfaatkan momentum Ramadhan, utk melaksanakan ibadah puasa yang sebenar-benarnya sesuai dengan syariat dan ketentuan2 yang diatur dalam sunnah dan hadist Rasululah SAW.
 

Inilah Sejarah " Batu Gong " Di Sumbawa

Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki beraneka macam situs peninggalan sejarah. Hampir di setiap tempat dalam 24 Kecamatan di Kabupaten Sumbawa menyimpan khasanah tersendiri sesuai dengan keadaannya pada masa itu. Di Kecamatan Utan misalnya, terdapat batu peninggalan sejarah. Situs Batu Gong adalah Benda Cagar Budaya Pemerintah Sumbawa yang berbentuk mirip Gong (musik tradisional hindu). situs ini semula berjumlah delapan buah hingga sisa 7 buah di lokasi tempatnya berada. Konon sejarahnya, bahwa Batu Gong ini merupakan bukti peninggalan kerajaan Majapahit.
Bukti kebesaran kerajaan majapahit atau sering disebut Negara Indonesia Kedua (setelah Sriwijaya) sudah tidak diragukan lagi. Bukti-bukti sejarah baik yang bersifat tertulis maupun tidak cukup banyak menjelaskan semua itu. Perjalanan ekspansi kerajaan tersebut sampai menyentuh bagian timur kepulauan Indonesia tersebut. Termasuk gugusan pulau di wilayah Nusa Tenggara. Di Kecamatan Utan ini,  (tepatnya) di daerah persawahan penduduk Desa Orong Bawa terdapat sebuah bongkahan batu yang menyerupai gong. Menurut penuturan orang-orang tua yang mengetahui hal tersebut secara turun-temurun, bahwa batu tersebut adalah batu yang dibawa para rombongan ekspansi Majapahit ketika melewati daerah yang dilaluinya. Mungkin lebih kurangnya sebagai bukti bahwa daerah tersebut menjadi daerah kekuasaannya. Sampai sekarang Batu Gong (begitu penduduk sekitar menyebutnya) tersebut masih tergeletak begitu saja di bawah rerimbunan pohon bambu. Masyarakat sekitar hanya memfungsikan tempat tersebut sebagai tempat memberikan sesaji apabila mereka melakukan persembahan kepada roh-roh penguasa tempat tempat yang mereka percaya ada.